Jombang, Gesuri.id - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, menghadiri acara Haul ke-14 Gus Dur di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (6/1/2024) malam.
Pada acara haul yang dikemas dalam kegiatan Pengajian Akbar tersebut, Mahfud MD didapuk sebagai salah satu pembicara dan menceritakan pengalamannya selama berinteraksi dengan Gus Dur.
Di depan ribuan warga yang menghadiri acara haul ke-14 Gus Dur di Pesantren Tebuireng, Mahfud MD mengungkap pengalamannya mendampingi Gus Dur selama menjabat Presiden RI hingga menjelang pelengserannya dari kursi Presiden.
“Ketika beliau berkuasa, saya adalah salah satu orang yang dekat dengan Gus Dur. Saat berkuasa dan menjelang berakhirnya kekuasaan Gus Dur,” kata Mahfud MD, di Pesantren Tebuireng, Sabtu malam.
Gus Dur dilengserkan oleh MPR dari kursi presiden pada 23 Juli 2001. Saat Gus Dur menjadi presiden, Mahfud MD diangkat sebagai menteri pertahanan dan tergabung dalam Kabinet Persatuan Nasional.
Mahfud menuturkan, menjelang lengsernya Gus Dur, dirinya bersama Alwi Shihab dan Khofifah Indar Parawansa, sempat berkomunikasi dengan beberapa pimpinan partai politik untuk menghentikan upaya pelengseran Gus Dur.
Dari hasil komunikasi dengan partai politik, upaya menurunkan Gus Dur sebagai presiden bisa dihentikan, asalkan Gus Dur mau melakukan kompromi dan memenuhi permintaan dari pimpinan partai politik.
Kala itu, ungkap Mahfud, ada yang menawarkan perubahan sistem politik. Kemudian, ada pula yang meminta jatah menteri.
“Gus Dur bisa tidak dijatuhkan, tapi politiknya harus begini, begini, dan begini. Kami minta menteri ini, kami dijadikan menteri ini. Itu kata (pimpinan) Parpol yang satunya,” tutur Mahfud menceritakan situasi yang terjadi menjelang pelengseran Gus Dur.
Dikatakan Mahfud, Gus Dur yang meski kala itu berada dalam kondisi genting, memilih mengabaikan kehendak para pimpinan partai politik.
Gus Dur tetap teguh memegang prinsip demokrasi sebagai prinsip penegakan konstitusi, meski harus menghadapi resiko diturunkan dari jabatan Presiden RI.
“Tapi ketika (permintaan) itu disampaikan kepada Gus Dur, Gus Dur bilang bahwa demokrasi itu bukan pasar. Demokrasi itu bukan tukar menukar jabatan. Demokrasi itu prinsip penyelenggaraan negara, di mana konstitusi itu harus ditegakkan. Itu kata Gus Dur,” ujar Mahfud.
Dalam kesempatan itu, Mahfud juga menyampaikan betapa kuatnya Gus Dur yang tidak tergoda untuk memanfaatkan kekuasaan. Selama menjabat presiden, Gus Dur tidak memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi maupun keluarganya.
Bahkan, saat dirinya hendak dilengserkan dari jabatan presiden, Gus Dur yang kala itu menjadi panglima tertinggi, tidak memanfaatkan TNI dan Polri untuk melanggengkan kekuasaannya.
Haul ke-14 Gus Dur di Pesantren Tebuireng, Sabtu malam, dihadiri ribuan orang.
Beberapa tokoh yang hadir, antara lain putri kandung Gus Dur Yeni Wahid, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, mantan pengurus PCI NU Australia Prof KH Nadirsyah Hosen, serta Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz. (Sumber)