Jakarta, Gesuri.id - Calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud Md menilai program susu gratis yang disuarakan pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pasti membutuhkan impor barang dalam pelaksanaannya, meski mereka optimistis hal itu bisa dilakukan tanpa impor.
Mahfud mengungkapkan saat ini Indonesia masih banyak melakukan impor untuk produk yang sebenarnya juga diproduksi di dalam negeri.
"Ya bagus (program susu gratis tanpa impor), tetapi selama ini kita yang kecil-kecil saja ngimpor, garam, bawang, buah ternyata impor juga," kata Mahfud di Grha Oikoumene, Jakarta Pusat, Jumat.
Baca: Ternyata Ini Zodiak Ganjar Pranowo, Berikut Karakternya
Mahfud menambahkan bisa atau tidaknya program susu gratis itu dilakukan akan menjadi tantangan bagi Prabowo-Gibran untuk meyakinkan masyarakat bahwa programnya bisa dilakukan tanpa membuka kran impor.
"Silakan nanti kita buktikan kalau kita dengan sendirinya program susu tidak impor, itu karena kita memang tekadnya tidak impor," ujarnya seperti yang dikutip melalui laman Antaranews.
Sebelumnya, pada Kamis (4/1), calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menyebut program prioritasnya itu sebagai keharusan (necessity) untuk menghapus stunting dan menciptakan generasi penerus yang bergizi baik dan bangsa yang produktif.
"Ini bukan soal menggiurkan, ini soal kita. Ini soal necessity. Ini soal masa depan bangsa," kata Prabowo saat menjawab pertanyaan pengurus PWI Pusat dalam acara dialog di Kantor Dewan Pers, Jakarta, Kamis (4/1).
Dia melanjutkan Indonesia saat ini mempunyai skor yang cukup rendah untuk akademik di tingkat dunia, yang salah satunya diukur dalam peringkat PISA (Programme for International Student Assessment).
"Kalau sekarang periksa angka-angka akademis anak-anak kita yang diukur oleh PISA, mungkin kita sedih. Saya dengar, nanti tolong dicek, dalam 1.000 universitas terbaik di dunia, tidak tahu ada universitas (dari) Indonesia masuk atau tidak," ucap Prabowo.
Baca: Mengulik Gaya Kepemimpinan Transformasional Ganjar Pranowo
PISA merupakan program buatan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang merupakan studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan di 81 negara dunia.
Per tiga tahun sejak 2000, pelajar berusia 15 tahun dari sekolah-sekolah yang dipilih secara acak, mengikuti tes membaca, matematika dan sains. Indonesia berpartisipasi dalam studi PISA sejak pertama kali program itu dirintis pada 2000.
Hasil terbaru evaluasi PISA, skor Indonesia dalam tes membaca, matematika, dan sains masih di bawah rata-rata, yaitu 366 untuk matematika dari rata-rata 472, 359 untuk membaca dari rata-rata 476, dan 383 untuk sains dari rata-rata 485.
Berkaca dari hasil itu, Prabowo meyakini kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat meningkat jika ada perbaikan gizi yang dimulai sejak mereka dalam kandungan sampai mereka bersekolah.