Tangsel, Gesuri.id - Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Tangerang Selatan, Bung Wanto Sugito menyoroti pernyataan Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, dalam konferensi pers, Minggu (3/10).
Baca: Aria Bima: Hasutan Natalius Pigai Dangkal, Tidak Nyambung!
“Sebagai kader Banteng saya sangat tersinggung dengan pernyataan sdr Herzaky, Jubir Demokrat. Selain ngawur, Herzaky tidak paham siatem politik saat itu dimana MPR RI kedudukannya sebagai lembaga tertinggi. MPR itu terdiri dari DPR RI dan DPD RI. Jadi kalau mau main tuduh, harusnya ke Amien Rais, bukan ke Ibu Megawati”, ujar Wanto dengan nada tersinggung.
Sekiranya demokrat tidak segera meminta maaf dan mengganti jubir tsb, Kader Banteng siap berhadapan dengan Partai Demokrat.
Wanto selanjutnya menyarankan daripada tembak kemana-mana tanpa dasar, sebaiknya Partai Demokrat jelaskan kemenangan manipulatif penuh kecurangan sehingga Partai Demokrat tahun 2009 naik 300% karena penggunaan bansos, manipulasi DPT, penggunaan aparat hukum dan lain-lain.
“Hasilnya, kader demokrat banyak yang korupsi karena semua ikut perilaku pempimpinnya yang selalu kedepankan pencitraan. Saya siap debat terkait dengan kecurangan Pemilu yang dilakukan demokrat,” ujar Wanto.
Bagi kader Banteng, sekali menyentuh harkat dan martabat Ketua Umum kami, Ibu Megawati Soekarnoputri, mala akan bersentuhan dengan kader Banteng yang militan.
“Atas dasar hal tersebut, saya berikan waktu kepada sdr Harzaky untuk meminta maaf. Jika tidak, maka karma politik akan terus melanda Demokrat seperti pengungkapan kasus Narkoba, korupsi berjamaan yang melanda kader-kader muda, dimana banyak yang menyebut campur tangan putra kesayangan petinggi Demokrat tersebut,” ujar Wanto yang sekaligus Ketua Umum Repdem.
Wanto memersilahkan Jubir Demokrat mengadakan klarifikasi langsung kepada Amien Rais atas masalah tersebut.
“Antara Bu Mega dan Gus Dur itu terjalin persahabatan sejati, jadi jangan dipecah belah urusan politik. Sebaiknya Demokrat konsolidasikan saja internalnya daripada campur tangan ke Partai lain,” tegas Wanto die hard Partai lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Wanto juga menjelaskan bahwa seluruh kader PDI Perjuangan diajarkan untuk tidak pernah melakukan intervensi terhadap urusan rumah tangga partai politik lain, jadi jangan coba-coba Demokrat melakukan hal-hal yang semakin memerburuk situasi, terlebih ini sedang pandemi.
Baca: HUT TNI, TB Hasanuddin: Hindari Konflik Antarmatra & Polisi
“Demokrat lebih baik ngurus rakyat, daripada melakukan fitnah yang tidak bisa dipertanggung jawabkan,” kata Wanto.
Lebih lanjut Wanto menegaskan bahwa di PDI Perjuangan kami diajarkan prinsip Satyam Eva Jayate. Yang artinya, kebenaran akan menang pada akhirnya. Keyakinan ini pula yang mendorong PDI Perjuangan terus menempuh jalur hukum, ideologi, kerakyatan dan kebenaran yang bertumpu pada Pancasila, UUD 1945.
Wanto mengingatkan, karma politik dan menyindir pihak-pihak yang menggunakan cara-cara kotor dalam mengerek popularitas dengan membangun kesan terzalimi. Ia melanjutkan, PDI Perjuangan akan selalu bertahan pada keyakinan bahwa siapa yang menebar angin akan menuai badai. Karena itu, politik baginya adalah pengabdian dan berkeadaban.