Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPP PDI Perjuangan Deddy Sitorus menilai, rendahnya partisipasi publik pada Pilkada Serentak 2024 merupakan bentuk hukuman masyarakat terhadap kualitas penyelenggaraan pemilihan di Tanah Air.
Selain itu, menurut dia, tingginya angka golput juga disebabkan karena kandidat calon kepala daerah dianggap tak sesuai keinginan publik, melainkan hanya sebatas hasrat elite politik.
Baca: Lima Kelebihan Gubernur Ganjar Pranowo
“Jadi kami menangkap ini sebagai hukuman dari para pemilih terhadap kualitas Pilkada dan para pasangan calon yang disodorkan pada Pilkada kali ini,” ujar Deddy kepada wartawan, Minggu (1/12).
“Karena kita menangkap juga, publik menangkap, para pemilih menangkap bahwa ada upaya pemilihan calon dan pasangan calon bukan berdasarkan kehendak publik, tapi kehendak para elite,” sambungnya.
Deddy berpandangan, kondisi tersebut tidak terlepas dari karakteristik pemilih di Pilkada 2024 yang kini didominasi oleh kalangan muda dan pemula.
Para pemilih muda dan pemula itu, menurut Deddy, lebih kritis dalam mengamati sengkarut yang terjadi pada pelaksanaan pilkada. Alhasil, banyak pemilih tak termotivasi untuk menggunakan hak suara mereka.
“Kalangan pemilih muda dan pemilih pemula tentu melihat rekam jejak para calon yang bertanding, dan kemudian menyimak bagaimana sengkarut pelaksanaan Pilkada kali ini. Sehingga mereka tidak memiliki motivasi untuk menggunakan hak suaranya,” ungkap dia.
Baca: Ganjar Pranowo: Dari Pengacara hingga Gubernur
Di sisi lain, Deddy mengeklaim menemukan fenomena pemilih enggan menggunakan hak suaranya karena sejak awal tak yakin kandidatnya menang, meski dianggap berkualitas.
Sebab, mereka merasa akan ada campur tangan penguasa untuk memenangkan kandidat tertentu.
“Kita lihat juga di berbagai kesempatan bagaimana debat-debat yang terjadi. Mereka yang menguasai substansi belum tentu pada akhirnya memenangkan pemilihan,” pungkasnya seperti yang dikutip melalui laman Kompas.com.