Semarang, Gesuri.id - Pengamat Universitas Diponegoro (Undip) Wahid Abdulrahman menyebut, PDI Perjuangan menjadi salah satu penentu penting peta politik di Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Tengah 2024. Pasalnya Jateng lekat dengan sebutan "kandang banteng" atau daerah dengan basis pemilih PDI-P yang cukup besar.
Terbukti, dalam Pemilu Legislatif 2024 partai banteng itu meraup 33 kursi di DPRD Jawa Tengah. Padahal syarat untuk mengusung pasangan calon gubernur dan wakilnya hanya 24 kursi atau 20 persen perolehan suara.
"Saya kira PDI Perjuangan itu punya golden ticket, satu satunya partai yang bisa mengajukan sendiri PDI Perjuangan. Tetapi juga punya kader yang relatif mumpuni, elektabilitas, dan ketokohan," ujar Wahid melalui sambungan telepon, baru-baru ini.
Namun, tiket emas itu tidak cukup untuk mempertahankan gelar "kandang banteng" bagi PDI Perjuangan. Pasalnya, situasi politik Pilkada ini jauh berbeda dengan sebelumnya. PDI-P harus berhadapan dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) setelah hubungannya renggang dengan Presiden Joko Widodo.
"Sampai hari ini Bu Mega dan DPP itu mencermati betul, apalagi kalau KIM itu bisa membangun koalisi yang solid dan narik Partai Nasdem, PPP, dan lainnya," katanya. Belum lagi kasus dugaan korupsi di lingkungan Pemkot Semarang yang turut menyeret nama dua kader PDI Perjuangan, Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu dan suaminya, Alwin Basri.
"Tapi hari ini kondisi agak lain, pasca Pilpres PDI Perjuangan enggak bisa sejalan dengan pemerintah pusat, konstelasi politik nasional kurang menguntungkan PDI Perjuangan," ungkapnya.
Oleh karena itu, Wahid menilai PDI Perjuangan sangat berhati-hati dalam mengambil langkah politik dan mencermati kader potensial yang bakal diusung di Pilkada Jateng.
"Bisa jadi Semarang jadi pembelajarn betul, jangan sampai kader yang punya kekuatan cukup besar, elektabilitasnya lumayan, grassroot-nya baik, tapi ada persoalan hukum, nampaknya jadi perhitungan untuk PDI Perjuangan di Jateng," terangnya.
Lebih lanjut, Wahid mengatakan PDI Perjuangan masih memiliki peluang kemenangan di Pilkada Jateng bila mau membangun koalisi yang kuat dengan partai lain. Apalagi PDI Perjuangan tidak ingin kehilangan kesempatan yang kedua di Pilkada Jateng setelah kalah di Pemilu Presiden kemarin.
"PDI Perjuangan masih akan mencoba menarik gerbong partai lain misalnya PKB. Kan tinggal PKB dan PDI Perjuangan yang punya potensi membangun koalisi sendiri dengan kekuatan relatif besar. Kalau PDI Perjuangan dan PKB di Jatim bisa, bukan tidak mungkin di Jateng sama. Tinggal siapa yang cagub dan cawagub," tandasnya.