Jakarta, Gesuri.id - Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, mengeklaim bahwa PDI Perjuangan menyesali tidak melakukan uji psikotes kepada Joko Widodo (Jokowi) saat menunjuk menjadi kepala daerah di masa lalu.
"Sayangnya ketika kami calonkan sebagai wali kota, saat itu belum ada psikotes sehingga, kami tidak melihat psychological aspeknya, sekarang sudah pake psikotes," kata Hasto dalam diskusi di Teater Utan Kayu, Jakarta, Kamis (12/9).
Diketahui, Hasto menuturkan, ada teori ilmu politik yang menerangkan bahwa perilaku politik seseorang akan berpengaruh dengan perjalanannya sejak awal. Kemudian, hal itu akan mempengaruhi ke sikap politik saat ini.
“Tapi apapun demokrasi elektoral yang berfokus pada faktor individu, pada popularity daripada program, itu pada akhirnya juga menciptakan jebakan-jebakan psikologis,” ungkap Hasto.
Di sisi lain, Hasto mengaku bahwa PDI Perjuangan sudah meminta maaf kepada masyarakat sebagai pengusung Jokowi dalam beberapa jabatan. Permintaan maaf itu dilontarkan mengingat sikap ayah Kaesang Pangarep tersebut dinilai mengkhianati demokrasi di kepemimpinan saat ini. Permohonan maaf itu pun sudah disampaikan dalam rakernas PDI Perjuangan beberapa waktu lalu.
“Ya di rakernas terakhir itu kami meminta maaf kepada rakyat Indonesia atas realitas bahwa seseorang ternyata bisa berubah karakternya, mula-mula pakai pesawat biasa, kemudian jadi carter,” tutur Hasto.
Dia memastikan, PDI Perjuangan telah melakukan koreksi-koreksi atas kesalahan yang dilakukan dan berdampak hari ini. Hasto mengakui, perubahan memang bisa terjadi karena kekuasaan.
Meski demikian, dia memastikan bahwa PDI Perjuangan selalu konsisten memegang teguh demokrasi. Ia menerangkan, PDI Perjuangan saat ini sudah mulai disebut oposisi meski masuk pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.
“Sikap PDI Perjuangan sejak awal [masuk pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin] kami kritis. Kami menolak misalnya impor beras dan kami lebih menawarkan kedaulatan di tangan rakyat,” pungkasnya.