Jakarta, Gesuri.id - Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto tidak sependapat dengan pernyataan politisi senior PAN, Amien Rais yang menganalogikan pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) 2019 sebagai perang Baratayudha.
"Ya kita lihat namanya pemilu menggalang seluruh elemen. Tapi kami tidak sependapat rengan Pak Amien yang mengatakan ini sebagai perang, ini pesta demokrasi. Rakyat saja menjuluki ini sebagai pesta demokrasi.,” kata Hasto di Jakarta, Sabtu (1/12).
Baca: Sistem Proposional Tertutup Meminimalisir Praktik Korupsi
Bahkan Hasto menanyakan balik ke Amien Rais, jika pelaksanaan Pemilu 2019 adalah perang Baratayudha, siapa yang menjadi Sengkuni.
“Kalau perang seperti Baratayudha kan ada korban lalu siapa yang jadi Sengkuninya," ucap Hasto yang juga menjabat sebagai Sekjen PDI Perjuangan ini.
Dari informasi yang Gesuri.id himpun perang Baratayuda ini merupakan kisah pewayangan yang bercerita tentang peperangan antara keluarga Pandawa dan Kurawa yang terjadi di Padang Kurusetra. Sebenarnya mereka, keluarga Pandawa dan Kurawa, adalah saudara sepupu. Namun mereka berselisih mengenai tahta kerajaan Hastinapura.
Baca: PDI Perjuangan Pasang Badan untuk Basarah
Dalam cerita Wayang Mahabarata Sengkuni adalah Mahapatih sekaligus merangkap penasehat raja di Kerajaan Astina yang dikuasai keluarga Kurawa. Sengkuni terkenal sebagai tokoh licik yang selalu menghasut para Kurawa agar memusuhi Pandawa.
Sengkuni terkenal dengan prinsip hidupnya yang ekstrem: biarlah orang lain menderita yang penting hidupnya bahagia. Dengan prinsip hidup seperti itulah Sengkuni menjalani karirnya: munafik, licin, licik, culas, hasut, penuh tipu muslihat.