Denpasar, Gesuri.id - Tidak hanya Gus Bota sebagai pendatang baru yang lolos kursi Dewan Bali dari parpol PDI Perjuangan.
Pendatang baru di dunia politik, AA Gede Agung Suyoga, anak bungsu almarhum AA Kompiang Raka bakal ikut meraih kursi DPRD Bali.
Baca: KD Melenggang Mulus ke Senayan, Ini Penjelasan Raul
Meski maju untuk menggantikan posisi ayahnya yang meninggal dunia Agustus 2018 lalu, ternyata tidak membuat masyarakat ragu untuk memilih Gung De Suyoga – panggilan akrabnya.
Gung De Suyoga dipastikan lolos, karena meraup suara di luar ekspektasi. Jumlah suaranya disebut berada di urutan pertama mengalahkan petahana, AA Ngurah Adhi Ardhana.
Perhitungan terbaru, suara yang diraih Gung De Suyoga mencapai 36 ribu suara. Untuk diketahui, caleg PDI Perjuangan Denpasar yang lolos DPRD Bali diprediksi lima orang. Yakni AA Gede Agung Suyoga, Ni Wayan Sari Galung, I Gusti Putu Budiarta, I Wayan Kariarta, dan AA Nguran Adhi Ardhana.
PDI Perjuangan menambah satu kursi dari dapil Denpasar meningkat dibandingkan pemilu sebelumnya hanya menyumbang empat kursi.
Gung De Suyoga kepada Jawa Pos Radar Bali, membenarkan dirinya lolos dengan suara yang kurang lebih sama dengan suara ayahnya.
Seperti diketahui, pada pemilu 2014 lalu, ayah Gung De Suyoga, AA Kompiang Raka meraih 19 ribu suara.
Sementara berdasar informasi yang beredar jumlah suara Gung Suyoga dapil Denpasar sekitar 37.104.
“Ya svaha lolos nike,” jawabnya.
Saat ditanya soal jumlah suara, Alumni Fakultas Hukum Universitas Udayana ini enggan menjawab. Ia meminta untuk menunggu perhitungan resmi dari KPU.
Jawa Pos Radar Bali mendesak kembali, apakah sama jumlah suara dengan AA Kompiang Raka, Gung De menjawab kurang lebih sama. “ Kurang lebih sama nike,” tukasnya.
Seperti diketahui Agung Suyoga menerima tawaran maju menjadi caleg ketika diminta oleh rekan-rekan ayahnya untuk maju sebagai calon legislatif DPRD Bali Dapil Denpasar menggantikan ayahnya yang meninggal pada 7 Agustus 2018 lalu.
“Tujuan untuk maju tidak ada dari pribadi. Ini sebenarnya tugasnya alamarhum (Kompiang Raka, Red). Cuma meninggalnya ajik tiang itu yang membuat saya, waktu proses palebonan tiga hari dipaksa untuk maju mengganti posisi almarhum, jelas saya nolak. Alasan, umur dan pengalaman. Tidak pernah mengikuti politik,” begitu paparnya ditemui di kediamannya Jalan Intaran, Sanur.
Baca: TKN Jokowi-Kiai Ma'ruf Tegaskan Perjuangan Belum Usai
Pria kelahiran Denpasar, 30 April tahun 1994 ini mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki pengalaman politik.
Bahkan, tidak suka dengan hal yang berbau politik. Tapi, karena terus dibujuk dan dirayu oleh rekan dan kerabat ayahnya sesama partai, hatinya luluh.
Setelah proses palebonan almarhum selesai, ada yang membisikkan sesuatu ke telinganya hingga membuatnya mau tidak mau harus maju untuk menggantikan ayahnya. “Astungkara lolos,” pungkasnya.