Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu menanggapi tudingan Ketua Umum Partai Demokrat SBY yang menyebut bahwa BIN, TNI dan Polri bersikap tidak netral dalam pelaksanaan Pilkada serentak dengan melontarkan peribahasa, "Mendulang air didulang terpercik muka sendiri." Tak hanya itu, SBY juga mengklaim dirinya pribadi dan Partai Demokrat kerap dizalimi institusi penegak hukum.
“Mendulang air didulang terpercik muka sendiri, peribahasa lama ini lebih tepat menggambarkan pernyataan Pak SBY yang menuding beberapa institusi negara tidak netral dalam Pilkada,” kata Masinton, Minggu (24/6).
Baca: Komarudin: Era Politik Melodramatik SBY Ketinggalan Zaman
Sebagaimana diketahui, peribahasa yang dilontarkan Masinton tersebut artinya melakukan sebuah perbuatan yang pada akhirnya mempermalukan dan merusak nama baik diri sendiri.
Sementara itu, Ketua DPP Bidang Kehormatan PDI Perjuangan Komarudin Watubun juga menilai bahwa SBY kembali menggunakan trik "playing victim".
Hanya saja, Komarudin itu menilai cara melodramatik ala Presiden RI dua periode itu sudah ketinggalan zaman.
Bung Komar balik mempertanyakan pernyataan SBY itu. Dia menyoal kasus yang menjerat mantan Ketua KPK Antasari Azhar saat tengah mengusut dugaan korupsi pengadaan alat IT di Komisi Pemilihan Umum saat pemilu anggota legislatif 2009. Tak hanya itu, dia juga menyebut SBY ada dugaan memberikan iming-iming jabatan pengurus teras partai kepada komisioner KPU Anas Urbaningrum dan Andi Nurpati.
Komarudin juga menyebutkan sejumlah serangan lain, seperti dugaan manipulasi daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2009, dugaan penggunaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui dana bantuan sosial untuk keperluan pemilu, dan dugaan penggunaan intelijen dalam pilpres 2004 dan 2009. Komaruddin pun meminta SBY tidak menyamakan pemerintahan era dirinya dan Joko Widodo saat ini.
Menurut Komarudin, PDI Perjuangan tentunya sudah menang dalam pilkada lalu jika memang menggunakan aparat negara.
Ia pun menyebut serangan ke pemerintahan Jokowi menunjukkan SBY tidak memikirkan kepentingan bangsa dan negara, tetapi partai dan keluarganya.
Baca: Partai: Pilkada itu Rakyat yang Memilih Pemimpinnya
"Lebih pada persoalan bagaimana AHY dan Ibas yang diklaimnya sebagai keturunan Majapahit. Lalu begitu jago yang diusung di Pilkada elektabilitas rendah, tiba-tiba salahkan penggunaan alat-alat negara," ujarnya.
Komaruddin mengatakan bahwa SBY sebaiknya buka-bukaan perihal apa yang terjadi dalam pilpres 2004 dan 2009 ketimbang terus menyalahkan Jokowi dan aparat negara.