Ikuti Kami

Bersama 1000 Ulama Banten, Jokowi Ingatkan Ukhuwah Islamiyah

“Rugi besar dan biaya sosialnya terlalu besar, hanya urusan pilkada setiap 5 tahun,” kata Presiden

Bersama 1000 Ulama Banten, Jokowi Ingatkan Ukhuwah Islamiyah
Presiden Joko Widodo berpidato pada acara Silaturahmi dengan Ulama Banten serta Peringatan Harlah ke-93 Ponpes Al-khairiyah di Citangkil, Cilegon, Banten, Jumat (11/5). Acara digelar untuk memperkuat hubungan ulama dan umaro dalam menghadapi serta menyelesaikan berbagai persoalan bangsa. ANTARA FOTO

Banten, Gesuri.id - Terkait pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan dilaksanakan secara serentak di 171 daerah pemilihan Juni mendatang, dan Pileg serta Pilpres 2019, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan masyarakat untuk menjaga persatuan karena kita saudara sebangsa setanah air.

Menurut Jokowi, beda pilihan silakan karena ini adalah pesta demokrasi. Tetapi Presiden Jokowi mengingatkan, jangan sampai karena berbeda pilihan bupati, walikota, gubernur, presiden kita ini retak atau tidak saling menyapa antar tetangga, kampung, teman.

Baca: Bertemu Ulama Jabar, Jokowi Bahas Umat Sampai Pesantren

“Rugi besar dan biaya sosialnya terlalu besar, hanya urusan pilkada setiap 5 tahun,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada Harlah ke 93 Yayasan Al Khairiyah dan Silaturahim Seribu Ulama Banten, di Pondok Pesantren Al Khairiyah, Citangkil, Cilegon, Banten, Jumat (11/5).

Jokowi juga menyampaikan kepada masyarakat agar memilih pemimpin yang dianggap paling baik, dicoblos. Namun setelah itu, tutur Kepala Negara,  rukun kembali sebagai saudara sebangsa setanah air.

“Jangan sampai dibawa kemana-mana. Ini adalah hajatan politik, dan kadang politik itu banyak jahatnya,” ujar Kepala Negara seraya menunjuk contoh di media sosial yang ramai sekali.

Lanjut Jokowi, kita lupa kalau kita ini saudara. Mestinya, tutur Pesiden, kita perkuat ukhuwah Islamiah, ukhuwah wathaniyah, ukhuwah insaniyah, ukhuwah basyariyah lebih besar lagi, kita jaga bersama-sama. Namun di media sosial, menurut Presiden, yang terjadi saling mencela, mengejek, menjelekkan, mencemooh, curiga, ujaran kebencian, ujuran kedengkian.

“Itu namanya suhul tafahum, mestinya yang kita kembangkan adalah khusnul tafahum. Jangan suhul tafahum gampang curiga, benci, dengki, kurang pengertian, berpikiran jelek,” tutur Presiden seraya menambahkan, mestinya disini berpikiran baik, positif. Yang dikembangkan mestinya khusnul tafahum berpikir dengan penuh kecintaan, kepositifan, berprasangka yang baik.

Presiden mengingatkan yang disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Ma’ruf Amin, bahwa kita ini dilihat oleh negara lain sangat baik, ingin dijadikan contoh, role model. 
“Berbeda-beda suku, agama, bahasa daerah tetapi tetap rukun dan bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ucapnya.

Quote