Nias Selatan, Gesuri.id - Calon Gubernur Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat dan wakilnya Sihar Sitorus mengikuti upacara adat di Desa Bawomataluwo, Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan, Senin (9/4).
Prosesi adat tersebut diawali dengan peragaan "maluaya" atau tarian perang etnis Nias yang ditampilkan dengan busana dan peralatan perang lengkap.
Dipimpin salah seorang tokoh adat, Djarot dan Sihar dipasangkan "rai" yakni topi kerajaan atau topi yang selalu dikenakan bangsawan Nias.
Baca: Blusukan ke Labura, Djarot Ingin Bangun Sumut dari Pinggiran
Kemudian, Djarot-Sihar disematkan "kala bubu" (kalung bangsawan), dan "baruhada" yang merupakan baju khas bagi kalangan bangsawan etnis Nias.
Setelah mengenakan pakaian kebesaran etnis, Djarot-Sihar diberikan "Toho" (tombak), "tolegu" (pedang), dan "baluse" (tameng) sebagai tanda kesiapan untuk menghadapi berbagai tantangan.
Di penghujung upacara adat, Djarot beserta istrinya Happy Farida dan Sihar dan istrinya Fatricia memakan sirih yang disuguhkan wanita Nias.
"Dengan upacara ini, Pak Djarot dan Pak Sihar sudah resmi menjadi warga Desa Bawomataluwo," ujar ketua adat yang memimpin upacara tersebut.
Usai upacara adat, Sihar menyampaikan kebanggaan dan terima kasih atas kesediaan masyarakat Nias menerimanya sebagai warga kehormatan.
"Terima kasih, kini kami menjadi keluarga Bawomataluwo," katanya.
Kehormatan menjadi warga Nias itu akan dijawab dengan program pembangunan yang akan memajukan Sumatra Utara, termasuk Kepulauan Nias.
Baca: Djarot-Sihar Dinilai Mampu Terjemahkan Nawacita
Setelah mendapatkan kehormatan dengan dianggap sebagai warga Nias, Sihar mengharapkan doa agar mampu mewujudkan Sumatra Utara yang mudah dan transparan yang diusung pasangan cagub-cawagub tersebut.
"Pendek yang kami katakan, tapi panjang jalannya. Mohon doakan kami," ujar Sihar.
Djarot juga mengungkapkan rasa bangganya atas penerimaan masyarakat Nias Selatan terhadap pasangan cagub-cawagub yang didukung PDI Perjuangan itu.
"Kami siap menjadi 'enoni' atau kerja untuk melayani," katanya.