Makassar, Gesuri.id - Kampanye negatif dari M Risman Pasigai selaku Juru Bicara pasangan Nurdin Halid-Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz) ditanggapi enteng kader PDI Perjuangan. Hal ini menandakan kalau kepanikan meroketnya ketokohan pasangan nomor 3, Prof Nurdin Abdullah dan Andi Sudirman Sulaiman (ASS) atau biasa disebut pasangan Prof Andalan di mata masyarakat.
Sebelumnya, M Risman menyebut ASS sebagai cawagub rental yang belum saatnya maju dalam Pilkada Sulawesi Selatan (Sulsel). Dia bahkan mengeluarkan tudingan kalau majunya ASS hanya untuk mengakomodir kepentingan cukong yang bermain di belakang layar. "Karena dia tidak lahir dari dinamika politik, tetapi dia lahir dari kesepakatan cukong-cukong politik yang bermain di belakang layar," ujarnya. “Sebenarnya ini tipu-tipu politik. Karena ada calon yang tidak punya pengalaman dan kemampuan. Yah, wajar kalau disebut cawagub rental ya,” tambah Risman di Hotel Grand Clarion Makassar, Senin (26/3).
Wakil Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sulsel merasa kalau kalangan Husain Djunaid merasa seharusnya kampanye dlakukan secara santun. Pernyataan Risman, menurut Husan sebagai bukti kepanikan. “Itu kan tanda-tanda kepanikan. Kalau yakin dengan pasangan calon yang didukung, kenapa harus repot mempersoalkan pasangan calon lain? Harusnya mereka fokus pada kampanye yang santun dengan memaparkan program-program pasangan calon yang didukung ke masyarakat,” sebutnya di Makassar, Senin (26/3).
Menurut Uceng—sapaan akrab Husain—sejauh ini elektabilitas atau tingkat keterpilihan pasangan nomor 3 Prof Nurdin Abdullah (petahana Bupati Bantaeng) dan Andi Sudirman Sulaiman yang selalu di atas mengungguli tiga pasangan lain, telah membuat kalang-kabut pasangan lainnya.“Makanya wajar kalau pasangan nomor 1 panik,” sebutnya santai sembari tertawa lepas.
Uceng lantas meminta pendukung NH-Aziz bisa berkaca diri. Sebab, jagoannya, Cagub Nurdin Halid malah pernah menjadi terpidana kasus korupsi. Tentu berbeda dengan ASS yang punya track record bersih. “Itu ibarat semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak. Jadi sebenarnya siapa yang lebih tak layak untuk maju menjadi kandidat pemimpin Sulsel?,” ungkapnya.
“Masyarakat sudah paham dan pemilih di Sulsel ini semakin kritis. Jangan sampai menepuk air di diulang, kepercik muka sendiri,” tambah Uceng.
Meski begitu, PDI Perjuangan sebagai pengusung utama pasangan Prof Andalan memilih untuk terus melakukan sosialisasi program ke masyarakat dan mengedepankan kampanye santun yang menggunakan empati dan simpati. Membawa politik beradab sesuai arahan Megawati Soekarnoputri, ketimbang meributkan hal tak penting. “Buat apa mempersoalkan calon lain.Toh masyarakat sudah paham. Mereka juga sudah bosan dengan kampanye negatif,” ujarnya.
Menurut Uceng, PDI Perjuangan pastilah mempunyai kriteria dan penilaian sebelum memutuskan menjatuhkan dukungan kepada calon untuk maju di Pilkada Sulsel. “ASS itu berasal dari generasi milenial yang mewakili anak muda jaman now. Meski baru 34 tahun, ASS itu pintar, kariernya cemerlang dan bersih dari korupsi sehingga layak mendampingi Prof Nurdin Abdullah. Jadi kami menilai, sudah saatnya anak muda ikut andil sebagai pemimpin untuk membangun Sulsel lebih jaya,” pungkasnya.