Kutai Kartanegara,Gesuri.id – Kisah pilu masih terasa Cagub Kaltim nomor 4, Rusmadi Wongso ke dua desa di kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kertanegara, kemarin. Daerah kaya minyak dan gas bumi, hanya selemparan batu dari kawasan eksplorasi yang jadi salah satu pemasok terbesar kas keuangan Negara, ternyata kondisi masyarakatnya serba sulit dan tertinggal dari hingar bingar pembangunan.
Kegetiran itu jelas terpajang saat Rusmadi mengunjungi desa Muara Pantuan dan desa Sepatin. Memang di daerah itu, penduduknya tak banyak. Hanya berkisar 12 ribu jiwa. Namun hampir seluruhnya dalam kondisi mengenaskan dengan himpitan kemiskinan dan ketertinggalan dari segala penjuru.
Rusmadi atau biasa dipanggil Cak Rus tak menyangka akan menyaksikan pandangan kemiskinan yang begitu dalam. Sebab, sebagian besar masyarakatnya menempati pemukiman katagori tidak layak. Bahkan, untuk mendapatkan air bersih saja amatlah sulit. Masih tergantung dari curah air hujan. “Mereka bergantung dari air hujan baik untuk kebutuhan mandi, cuci dan masak. Ada air bersih didrop dari Samarinda, tapi harganya mahal karena diangkut menggunakan kapal,” akunya.
Di dua desa itu, menurut Cak Rus, listrik hanya bisa digunakan malam hari. Itu pun seperlunya saja, lantaran dapat suplai dari genset yang sangat terbatas kapasitas dayanya. Hanya sekadar penerangan biar tidak gelap gulita.
Makin memprihatinkan lanjut Rusmadi, tatkala melihat anak-anak sekolah yang harus berjuang pergi ke sekolah menggunakan perahu bermotor. Bila sakit, warga harus berpeluh keringat sebab harus diantarkan menggunakan speedboat ke rumah pengobatan di daerah lain. Tak ada rumah sakit di daerah itu.
Yang menjadi ironi bagi Cak Rus adalah dekat dengan dua desa itu, terdapat sebuah rig yang sedang bekerja menyedot minyak dan gas bumi. “Dari rig migas itu dihasilkan devisa negara yang tercatat Kaltim sebagai provinsi dengan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang tinggi,” sebutnya.
“Ya, dua desa itu bertetangga areal eksplorasi migas Total Indonesie E&P yang sekarang telah diakuisisi pemerintah dan dikelola menjadi Pertamina Hulu Mahakam (PHM). Total EP Indonesie beroperasi di situ dalam 50 tahun terakhir dan telah 2 kali perpanjangan kontrak yaitu periode 1967-1997 serta 1997-2017. Dan dari catatan, produksi Blok Mahakam yang dikelola Pertamina Hulu Mahakam (PHM) 42,01 ribu barel minyak per hari (bph) dan 916 juta kaki kubik gas bumi per hari (mmscfd),” ulasnya.
Tentu ini menjadi kesenjangan yang amat liar bagi Cak Rus untuk terus dipertontonkan. Calon Gubenur Kaltim Rusmadi melihat harus ada jalan keluar untuk membantu warga di dua desa tersebut, Apalagi sebagian lahan, menurut informasi, diklaim berada dalam kawasan konsesi pertambangan migas perusahaan itu.
Salah satu jalan keluarnya, menurut Rusmadi, harus mendekatkan pemerintah dengan masyarakat. Hal itu dimungkinkan dengan mendorong terbentuknya kabupaten baru atau daerah otonomi baru (DOB). Pembentukan DOB sudah lama diperjuangkan warga di pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara, tetapi selalu kandas dengan berbagai rintangan.
“Ya, inilah salah satu penyebab desa ini tertinggal dibandingkan dengan desa yang lain. Karena akses hubungan pelayanan dengan kabupaten induk Kutai Kartanegara di Kota Tenggarong jangkauannya terlalu jauh. Kalau kami terpilih akan berusaha membentuk DOB bernama Kutai Pesisir,” ungkapnya.
Dia meyakini, terbentuknya Kabupaten Kutai Pesisir tentunya akan memudahkan pelayanan bagi masyarakat. “Insya Allah bila diberikan kesempatan, saya bersama pak Safaruddin akan segera mendorong terbentuknya Kabupaten Kutai Pesisir,” terangnya.
Masyarakat sendiri begitu antusias mendengar penjelasan Cagub Kaltim ini nomor 4. Sebab, selama ini bak tak dipedulikan. “Penduduk di Muara Pantuan dan Sepatin jarang diperhatikan pejabat pemerintahan. Mereka sangat senang dengan kehadiran calon gubernur Rusmadi,” ujar Haji Saraping, tokoh masyarakat setempat.