Kupang, Gesuri.id – Dalam memperingati Hari Kartini Cawagub NTT nomor urut 2, Emilia Julia Nomleni atau biasa disapa Mama Emi menyambangi tokoh perempuan di era Orde Baru (Orba). Darinya, dia mengambil inspirasi ketokohan perempuan.
Tak ada perayaan khusus, selebrasi atau pesta memperingati Hari Kartini pada Sabtu (21/4) lalu. Mama Emi malah memaknai semangat perjuangan perempuan dengan menemui Mama Quinta, seorang perempuan berusia 72 tahun yang pernah menjadi Kepala Desa di zama Orba.
Baca: Pemimpin Perempuan tak Biarkan Rakyat Kelaparan
Tentu bukanlah hal mudah menjadi kepala desa perempuan di masa itu. Sebab, demokrasi lagi mati suri dan budaya NTT kala itu itu juga masih menganggap perempuan sebagai kaum terbelakang.
Ternyata ada perempuan penerobos. Mama Quinta yang bernama lengkap Quinta Nenometa pernah memimpin Desa Sanbet, Kecamatan Toianas, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) pada 1979-1982. Di era itu, merupakan sebuah prestasi luar biasa bagi perempuan.
Baca: Begini Makna Kartini Buat Mama Emi
Mama Quinta bercerita, saat menjabat menjadi kepala desa, dia mendapat tunjangan Rp.2.500 per bulan. “Tunjangan hanya sedikit. Subsidi cuman Rp.75.000 buat bangun desa. Tetapi saya bersyukur bisa dipercayai sebagai kepala desa,” akunya kepada Mama Emi.
Mama Quinta pun mengungkapkan kebanggan kepada Mama Emi sebagai perempuan penerobos era kini yang merupakan satu-satunya perempuan dalam kandiddat di Pilgub NTT tahun ini. Bahkan, Mama Emi tercatat sebagai perempuan pertama yang berani mencalonkan diri sebagai pemimpin NTT.
“Sebagai kaum perempuan, saya sangat bangga karena majunya Mama Emi membuktikan bahwa perempuan NTT itu hebat dan sederajat dengan kaum laki-laki,” terangnya.
Baca: Jadi Pelindung Rakyat, Mama Emi Bak Ayam Betina
Mendengar itu, Mama Emi mengucapkan terima kasih. Dirinya lantas mengaku sosok Mama Quinta termasuk yang begitu menginspirasi dirinya untuk makin percaya diri dalam melakukan segala tindakan yang berdampak pada kemajuan NTT.
“Ini bukti bahwa perempuan itu tidak boleh dipandang sebelah mata. Perempuan hadir bukan mau merebut tempat laki-laki tetapi kehadiran perempuan sebagai penolong bagi laki-laki,” tukasnya.