Jakarta, Gesuri.id - Tanggal 21 Juni merupakan tanggal yang sakral, bagaimana tidak, di tanggal yang sama Bapak pendiri bangsa yang juga merupakan presiden pertama RI, Dr. Ir. H. Soekarno wafat 21 Juni 1970, kemudian Presiden ke-7 RI Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) lahir 21 Juni 1961.
Jokowi lahir di Surakarta, Jawa Tengah, dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo. Lalu 9 tahun kemudian setelah kelahiran Jokowi, bangsa Indonesia kehilangan sosok Bapak Bangsa.
Baca: Jelang Haul Bung Karno, Kenduri Hingga Lukisan 100 Wajah
Jokowi dengan Soekarno atau yang sering disebut Bung karno memiliki kesamaan. Selain sama-sama pernah menjabat sebagai orang nomor 1 di Indonesia, gaya kepemimpinan keduanya juga disebut-sebut mirip yaitu sebagai pemimpin yang memperjuangkan wong cilik.
Memperjuangkan Wong Cilik
Bung Karno terkenal dengan kepedualiannya terhadap rakyat kecil. Kesadaran tersebutlah yang membuatnya ikhlas hidup di penjara dan kemudian dibuang di pengasingan.
Selanjutnya Jokowi membuktikan kepeduliannya kepada rakyat kecil dengan kesukaannya blusukan yang kemudian disempurnakan dengan membuat kebijakan yang memuliakan rakyat kecil. Ia berani pasang badan, bahkan akhirnya dikatakan walikota bodoh oleh atasannya gubernur Jawa Tengah, yang saat itu dijabat oleh Bibit Waluyo karena menolak pembangunan Mall di Solo. Jokowi juga membuat rumah deret, rumah rusun lengkap fasilitas, memberi tempat layak kepada PKL.
Hidup Dalam Kesederhanaan
Bung Karno dan Jokowi juga sama-sama hidup dalam kesederhanaan. Bung Karno adalah sosok yang enggan memperkaya diri meskipun dirinya adalah seorang presiden pada masa itu.
Dilansir dari Wikipedia, Jokowi dan keluarga hidup dalam sederhanaan, bahkan, rumahnya pernah digusur sebanyak tiga kali, ketika dia masih kecil. Dengan kesulitan hidup yang dialami, saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar, Jokowi terpaksa berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan sehari-hari.
Saat anak-anak lain ke sekolah dengan sepeda, ia memilih untuk tetap berjalan kaki. Mewarisi keahlian bertukang kayu dari ayahnya, ia mulai bekerja sebagai penggergaji di umur 12 tahun.
Baca: Tahukah Anda Mengapa Makam Bung Karno Jadi Wisata Populer?
Dilansir dari sumber.com, diceritakan oleh ibunda Jokowi, dalam buku: Saya Sujiatmi Ibunda Jokowi; Kisah Perempuan Pengajar Kesederhanaan (2014) bahwa Jokowi batal membuat SPBU karena uangnya dipakai untuk membantu suksesi Pilkada pertamanya di Solo, 2005. Tapi, pada pilkada selanjutnya Jokowi selalu dibiayai oleh rakyat. Itu karena Jokowi sudah terbukti ketulusan dan karyanya, maka rakyat tak lagi ragu berkorban untuk kemenangannya.
Bahkan yang fenomenal, mungkin hanya ia pejabat publik yang menolak menerima gaji. Ia berprinsip bahwa selama ia masih ada tabungan untuk biaya hidup keluarganya, maka ia tak ingin memakan uang (gaji) dari rakyatnya, meskipun itu halal karena diatur oleh UU.