Jakarta, Gesuri.id – Dosen Politik Universitas Airlangga (Unair), Airlangga Pribadi Kusman mengatakan bahwa di tengah kondisi politik yang defisit rasionalitas, aktualisasi gagasan dan pemikiran Bung karno begitu penting.
“Jadi, sebetulnya, mengulas kembali gagasan-gagasan, pemikiran, konsepsi rasional dari ajarang Bung Karno ini menjadi penting. Apalagi kemudian ketika politik kita ini, sekarang itu, mengalami krisis dan defisit akal budi. Defisit rasionalitas,” ujar Airlangga saat menjadi pembicara dalam acara “Ngaji Kebangsaan, Membaca Dibawah Bendera Revolusi” yang digelar Yayasan Pusat Studi Bung Karno (YPSBK) Madura di Pos Bloc Surabaya, Senin (23/9).
Menurut Airlangga, pandangan dan pemikiran Bung Karno selalu aktual dan relevan dalam membentuk karakter bangsa Indonesia, terutama dalam melihat persoalan secara kritis.
BaCa: Ganjar Pranowo Yakin Andika-Hendi Akan Menang di Pilgub Jateng
“Karena dari pandangan-pandangan Bung Karno ini, kita juga akan menemukan pemikiran-pemikiran rasional yang genuine, yang membentuk bangsa Indonesia ini,” jelasnya.
“Sangat aktual dan sangat penting dan sangat relevan untuk melihat secara kritis persoalan-persoalan yang terjadi di Indonesia sekarang,” tambahnya.
Lebih jauh, Airlangga juga menjelaskan bahwa di era digital, pemikiran Bung Karno bisa menjadi filter dalam membaca informasi-informasi yang selamanya tidak benar.
“Dalam konteks digital, yang sering absen itu kan dengan banyaknya gelombang arus informasi yang berjejal-jejalan itu, kan kemudian kita dipaksa, dipengaruhi, dibentuk oleh berita-berita informasi yang tidak selamanya itu benar, selamanya itu rasional,” tuturnya.
“Nah, kerangka berpikir logis, rasional dari pikiran-pikiran Bung Karno itu akan menjadi filter, akan menjadi kerangka kita kemudian dalam mengunyah, dalam melihat, membaca arus dinamika yang muncul di dunia digital,” lanjutnya.
Sementara Ketua Pembina Yayasan Pusat Studi Bung Karno (YPSBK) Madura, Darul Hasyim Fath, mengatakan bahwa gelaran “Ngaji Kebangsaan, Membaca Dibawah Bendera Revolusi” menjadi upaya membaca Sukarno sebagai teks sejarah.
BaCa: Ganjar Temui Rudy di Kota Solo, Ini yang Dibahas
“Buku Dibawah Bendera Revolusi adalah buah tangan dari dialektika sejarah yg mengiringi malang melintang Bung Karno sebagai suluh harapan republik ini,” ujar Darul.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sumenep itu menegaskan bahwa generasi yang memilih di garis yang hendak meneguhkan ajaran marhaenisme sebagai bentuk afirmasi ideologi besar dunia yang dirangkum ke dalam lanskap politik Nusantara memerlukan kedalaman artikulasi.
“Karena itu pula ngaji buku DBR kita sepakati memerlukan keberlanjutan agar dipahami dengan kesungguhan oleh para penganut dan tak disalahpahami oleh mereka yang mengambil posisi berbeda dalam realitas pertarungan ideology,” tandasnya.