Tasikmalaya, Gesuri.id - Budayawan Sunda Anton Charliyan menanggapi permohonan maaf Anggota DPR RI Arteria Dahlan pada masyarakat Sunda.
Arteria menilai orang Sunda harus menunjukkan jiwa besarnya.
"Mari kita maaf kan bersama-sama, dan masalah ini agar jadi pelajaran kedepan kita bersama sebagai sesama anak bangsa Indonesia, untuk sama-sama lebih saling menghargai dan menghormati satu sama lain dalam segala aspek kehidupan, baik bahasa, budaya , adat tradisi dan lain-lain," ujar Anton.
Mantan Kapolda Jabar itu melanjutkan, tidak elok kalau masalah ini terus diperpanjang. Hal itu menunjukkan seakan-akan kita masyarakat Sunda dianggap sebagai Suku Pendendam.
Baca: Anton Khawatirkan Jika Radikalis Kuasai Indonesia
"Julukan sebagai Suku yang pemaaf saya kira lebih elok dan lebih terhormat dari pada sebagai suku Pendendam, dengan alasan apapun juga," ujar Anton
Dalam hal ini, sambung Anton, tidak berarti dirinya sebagai orang Sunda tiba-tiba jadi membela Arteria.
"Saya orang Sunda Pituin, Getih aing Getih Sunda asli ti Galunggung! Saya juga tidak kenal dengan yang bersangkutan. Sebagai buktinya sebelum semua jadi heboh dan ramai, justru saya lah yang pertama kali protes keras di media kepada Bung Arteria, menyambung pernyataan pak TB Hasanuddin, dan dirilis hampir di seluruh Media," tegas Anton.
"Masalahnya disini saya melihat justru berita-berita saat ini yang muncul kok semakin tendensius, seakan-akan ada yang sengaja ingin 'menggoreng' dan mengadu domba orang Sunda, mengadu domba sesama anak bangsa," tambah mantan Kapolwil Priangan itu.
Anton melanjutkan, tidak ada salahnya semua pihak waspada dan membuka mata. Banyak hal yang harus kita lakukan, yang lebih mendesak dan bermanfaat khususnya di Jawa Barat.
Salah satunya, ungkap Anton, saat ini di Garut golongan Radikal dan Intoleran sudah terang-terangan menginjak-injak dan menghina Pancasila dan NKRI. Mereka dengan sengaja terang-terangan memproklamirkan Negara dalam Negara dengan mengharamkan NKRI dan Pancasila.
"Bukankah hal ini merupakan penghinaan dan pengkhianatan kepada Ibu Pertiwi? Tapi Kenapa ketika Ibu Pertiwi di Tatar Sunda di hina dan dikhianati, kok orang Sunda yang katanya mengaku NKRI pada diam ??" ujar Anton.
"Lain hal nya ketika Bung Arteria yang dianggap menghina bahasa Sunda, begitu heboh dan semua masyarakat Sunda bersuara, tapi sebaliknya ketika salah satu tanah tumpah-darahnya, lemah caina diinjak-injak bahkan terancam dikuasai, kok cuek-cuek saja? Pada kemana atuh hey urang Sunda?" tambah Anton.
Padahal, sambung Anton, peristiwa Negara Islam Indonesia (NII) di Garut itu jelas-jelas ancaman nyata yang sudah ada di depan mata. Tapi malah sebagian besar orang-orang Sunda seakan menutup mata.
"Apa tidak dengar di media seorang ulama ternama punya pesantren paling besar di Garut, karena menentang gerakan NII, sampai diancam-ancam dan dilarang syiar, bahkan terakhir di kepung dalam sebuah madrasah oleh ratusan orang yang mengatas namakan pembela NII, dengan membawa senjata tajam. Apa hal tersebut bukan pengancaman terhadap Ulama dan NKRI? Tapi kenapa justru ini yang sudah jelas-jelas terjadi, seakan beritanya tertutup?" ujar Anton, menggugat.
Baca: Anton Minta Tak Beri Ampun Radikalis Semacam NII!
Hal itu karena, sambung Anton, memang ada kelompok yang sengaja menutup-nutupi rapat-rapat peristiwa tersebut. Anton pun bertanya pada siapapun, dari peristiwa Garut atau pernyataan Arteria, bila dilihat dari skala ancaman, lebih berbahaya dan mengancam keutuhan Bangsa dan Negara yang mana.
"Mari kita berpikir cerdas! Jawaban orang waras pasti Peristiwa Garut yang lebih mengancam bangsa. Dari kajian itu saya berpikir, walaupun bung Arteria memang salah, tapi berita-berita tentang hal tersebut sepertinya ada yang sengaja mendesain untuk mengadu domba sesama anak bangsa," ujar Anton.
Untuk itu, Anton mengajak secara pribadi dan sebagai sesama anak bangsa, agar lebih baik masalah dengan Arteria disudahi sampai disini. Kalau ada yang memaksakan untuk memperpanjang masalah ini, Anton mempertanyakan apakah kesalahan Arteria itu memang tak bisa dimaafkan.
"Saat ini saya pikir ,lebih baik kita fokuskan energi kita untuk membela Garut yang benar-benar sedang terancam NII, bila memang kita sebagai orang Sunda masih mencintai NKRI. Mari kita buka mata dan hati kita lebar-lebar, jangan mau fokus dan perhatian kita dialihkan kepada hal-hal yang bersifat Devide et impera, dan jangan mau lagi sebagai sesama anak bangsa diadu domba," ujar Anton.
"Kalau mau berperang, mari kita sama-sama perangi antek-antek NII yang saat ini ada dan mengancam Tatar Sunda, khususnya Garut," tambahnya.