Jakarta, Gesuri.id - Presiden pertama Republik Indonesia (RI) Bung Karno tak hanya berjasa bagi kemerdekaan Indonesia. Proklamator kemerdekaan RI itu juga berjasa besar bagi kemerdekaan negeri-negeri di benua Afrika.
Hal itu diungkap oleh Andreas Hugo Pareira dari Dewan Pakar PA GMNI dalam acara haul wafatnya Bung Karno ke-49 dan diskusi "Melanjutkan Peradaban Bangsa" di Kantor Pusat PA GMNI, Cikini, Jakarta, Jumat (22/6).
Baca: Generasi Milenial Diminta Lebih Pahami Ajaran Bung Karno
Andreas bercerita tentang pengalamannya ketika menempuh studi di Jerman pada 1990-an. Kala itu, dia berteman dengan orang-orang dari benua Afrika. Dan ketika pertama kali bertemu dengan dirinya, orang-orang Afrika itu langsung teringat nama Bung Karno.
"Begitu saya menyebutkan negara asal saya, Indonesia, mereka langsung menyahut, 'oh, Soekarno'," kata Andreas.
Hal itu, lanjut Andreas, menunjukkan betapa ingatan masyarakat Afrika pada Bung Karno sangat kuat. Padahal itu terjadi di tahun 1990-an, puluhan tahun setelah Bung Karno wafat.
"Dan pada saat itu di Indonesia sendiri justru sedang dalam masa kegelapan (Orde Baru) yang menyingkirkan ajaran Bung Karno," kata Andreas.
Andreas pun mengisahkan tentang temannya yang berasal dari Sudan. Temannya itu menegaskan bahwa kemerdekaan negaranya karena semangat Konferensi Asia Afrika (KAA) yang digagas Bung Karno pada 1955 di Bandung, Jawa Barat.
Baca: Basarah: Elemen Pendiri Bangsa Diharapkan Isi Kabinet Jokowi
Ternyata pada KAA 1955, Sudan belum diakui oleh banyak negara sebagai negara yang merdeka. Namun, Bung Karno saat itu sudah mengakui Sudan sebagai negara merdeka dan melibatkanya dalam KAA.
"Satu tahun setelah KAA, teman saya itu mengatakan Presiden Sudan mendeklarasikan kemerdekaan di depan Parlemen. Jadi betapa kuatnya semangat KAA yang digagas Bung Karno bagi Sudan dan Afrika," papar Andreas.
