Bogor, Gesuri.id - Dalam rangka memperingati Dies Natalis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang ke 67 Tahun, DPP GMNI menggelar Studi Kader Bangsa (SKB) V di Bogor, baru-baru ini.
Dalam pembukaan SKB V tersebut, Ketua Umum DPP GMNI Imanuel Cahyadi menegaskan tekad GMNI, untuk memasifkan ajaran Bung Karno daripada mengurusi masalah legalitas.
Persoalan legalitas itu muncul seiring perbuatan segelintir orang yang mengklaim diri sebagai kepengurusan GMNI yang 'sah' pasca Kongres Ambon 2019.
Baca: Sah! Bambang Pacul Terpilih Jadi Ketua PA GMNI Jateng
"Sikap saya sepenuhnya berpijak pada kebijaksanaan dan kearifan, sehingga mampu menahan diri dan kawan-kawan, agar konflik GMNI tidak mengemuka secara berkepanjangan. Lebih baik fokus pada memasifkan ajaran Bung Karno daripada menggugat legalitas yang akan memakan waktu dan energi bagi gerakan, serta mengorbankan kawan seperjuangan sendiri," tegas Imanuel.
Imanuel menegaskan, GMNI terus memperkuat kaderisasi, advokasi dan giat menyikapi kondisi kebangsaan kekinian agar terus sejalan dengan Pancasila. Hal itu, lanjut Imanuel, lebih bermartabat daripada berkutat pada kertas legalitas, yang penuh konspirasi dan intervensi elit.
"Tidak melawan. Itu kearifan subjektif yang ada dalam sanubari dan telah saya patri di dalam dada kawan-kawan GMNI," tegas Imanuel.
Imanuel melanjutkan, GMNI mengambil tema Trisakti Bung Karno dalam Dies Natalis dan SKB V kali ini, karena ingin menegaskan bahwa kemerdekaan sesuai cita-cita Proklamasi 1945 harus mewujudkan Trisakti Bung Karno. Yakni ketika kita sudah berdaulat, berdikari dan berkepribadian baik sebagai negara, organisasi, maupun sebagai insan.
"Berpikir dan bertindak merdeka. Sehingga imperatif iman dan keyakinan kami, bahwa gerakan GMNI menjadi masif dan determinan. Mari kita buktikan dalam praktek, bukan dari legalitas yang dikooptasi konspirasi elit," tegas Imanuel.
Imanuel menegaskan, pihaknya bukan tidak mau melawan. Tapi GMNI ingin membuktikan bahwa GMNI sejatinya adalah organisasi gerakan.
Baca: Dies Natalis GMNI, MY Esti : Bawa 'Obor Penerang'!
Karena itu, lebih penting berkonsolidasi untuk memasifkan ajaran Bung Karno. Sebab, sambung Imanuel, dia dan kawan-kawan menyadari bahwa konspirasi elit itulah yang membuat pecah GMNI. Dan itu tidak sehat untuk organisasi.
"Maka, kawan-kawan GMNI yang di 'sana' itu sejatinya bukanlah lawan tanding kami. Karena kami sadar ada keterkungkungan yang membelenggu mereka, yaitu kuasa elit yang membuat mereka jadi tidak merdeka dalam bersikap dan bertindak," tegas Imanuel.
"Sebagai penutup, izinkan saya kutip pidato Mas (Bambang) Pacul dari Jawa Tengah, 'Sebagai murid Bung Karno, boleh Bung karno tiada tapi semangatnya tetap ada di hati'," tambahnya.