Ikuti Kami

Guru Ngaji Moderat Banyak, Kenapa Cari Yang Ekstrim?

Melalui akun Twitter @budimandjatmiko, ia menulis pandangan mengenai perbedaan mengaji zaman dulu dengan pengajian kini.

Guru Ngaji Moderat Banyak, Kenapa Cari Yang Ekstrim?
Politisi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko.

Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko menyoroti aksi teror yang menghebohkan Tanah Air bahkan dunia internasional dalam beberapa hari ini.

Melalui akun Twitter @budimandjatmiko, ia menulis pandangan mengenai perbedaan mengaji zaman dulu dengan pengajian kini, Kamis (1/4).

Baca: Budiman Sudjatmiko: Bangun Desa dan Indonesia Dengan Data

"Di kampung & keluarga saya sering pengajian. Tp kok gak ada sekalipun yg ekstrim kudengar? Juga di sekitar orang2 terdekat saya. Jadi yg moderat jauh lebih banyak, so kenapa harus susah2 cari guru ngaji ekstrim yg menyuruhmu bunuh diri u/ menunjukkan taat?," ujar Budiman.

"Gini ya...jangan bilang keluarga saya Islamnya gak kafah krn tdk pro khilafah. Jauh sebelum hijab jd mode spt sekarang, ibu saya sdh berhijab sejak 1980an..Juga kedua adik perempian saya berhijab saat kuliah di Unpad & IPB (BUKAN kampus jelek)," tambahnya. 

Budiman mengungkapkan, di kampungnya, pengajian hampir tiap minggu digelar di masjid sendiri di halaman belakang rumah. 

"Tak ada tuh guru ngajinya ngajak yg aneh2. Juga masjid2 di sekitar rumah. Jadi Muslim tak sama dgn harus jd ekstrim," tweetnya.

Sebelumnya, @budimandjatmiko juga mengomentari terkait surat wasiat dari pelaku teror di Mabes Polri.

Baca: Dari Arief Budiman, Budiman Mengenal Pemerintahan Allende

Aktivis Anti Orde Baru itu memberikan pandangan, dengan membuat thread Twitter.

"Sebuah surat wasiat yg menggambarkan kepadatan & kepekatan pikiran di usia muda. Sangat menyintai & membenci utk hal2 yg tak diketahui. Cara berpikirnya sederhana, juga kesimpulannya: dia harus mati bersama yg dibencinya. Karena yakin akan dpt surga," ujarnya.

Quote