Jakarta, Gesuri.id - Aktivis Mahasiswa Tahun 1998, S Maeda Yoppy Nababan menyayangkan kejadian kerusuhan usai pertandingan Persebaya vs Arema yg menewaskan 183 korban tewas, Sabtu (1/10).
Menurut Maeda cara penanganan polisi dengan mengeluarkan gas airmata di dalam stadion sepakbola Kanjuruhan telah berakibat fatal.
"Maksud mengatasi chaos tapi malah menewaskan banyak sekali korban jiwa." kata Maeda dalam keterangannya kepada Gesuri.id di Jakarta, Minggu (2/10).
Baca: Kusnadi Tinjau Proses Evakuasi Penanganan Korban Kerusuhan
Maeda sendiri menceritakan pengalamannya pernah sekian kali terkena gas airmata di masa-masa pergolakan demokrasi tahun 1998-hingga tahun 2000an. Bila terkena gas airmata walau sedikit saja itu akan membuat peruh pd mata dan tidak bisa melihat.
Pengalamannya dalam berbagai momen aksi demontrasi mahasiswa, Polisi seringkali menggunakan metode memecah konsentrasi massa aksi di jalanan atau depan-depan gedung dengan memgeluarkan granat gas airmata.
Tetapi hal ini tidak seharusnya dilakukan dalam ruangan setengah tertutup seperti stadion.
"Seharusnya polisi memahami standar penanganan massa di dalam stadion sebagaimana telah ditetapkan FIFA. Bukan tanpa alasan FIFA melarang penggunaan gas airmata dalam stadion." kata Maeda.
Lebih lanjut Maeda menjelaskan upaya menangani atau memecah kerusuhan dan konsentrasi massa dengan kondisi deretan kursi, tangga, batas pagar, dan terbatasnya pintu-pintu keluar suatu tindakan yang tidak efektif dan malah berbahaya.
Baca: Pentingnya Perkuat Moderasi Beragama di Institusi Pendidikan
Sementara Kepala Biro Humas Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi melaporkan sebanyak 188 korban luka saat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10), menjalani perawatan di delapan rumah sakit terdekat.
"Data sementara saat ini, 129 meninggal dan 188 luka ringan, sedang dan berat dirawat di rumah sakit terdekat (dari lokasi kejadian)," kata Siti Nadia Tarmizi yang dikonfirmasi di Jakarta, Minggu siang.
Korban dievakuasi menuju RSUD Kanjuruhan, RSI Gondang Legi, RS Bhayangkara Hasta Brata Batu, RSUD Dr Syaiful Anwar, RSU Wajak Husada, RSU Mitra Delima, RS Wava Husada, dan Puskesmas terdekat.
Nadia mengatakan seluruh korban luka telah dipastikan memperoleh pelayanan optimal dari tenaga kesehatan yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan.
"Saat ini ditangani dulu RS Syaiful Anwar dan Puskesmas sekitar, juga di-backup dari Dinkes Provinsi Jawa Timur," katanya.