Jakarta, Gesuri.id - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Prof. Dr. (HC) Megawati Soekarnoputri selalu menaruh perhatian serius terhadap peristiwa penyerangan 27 Juli 1996 atau Kudatuli. Dimana, Kantor DPP PDI saat itu diserang oleh massa demi mempertahkan kantor Partai.
Untuk mengenang peristiwa Kudatuli, Megawati pun meminta kepada seniman Dolorosa Sinaga untuk merancang patung Monumen 27 Juli.
Nantinya, patung itu akan ditaruh di Kantor DPP PDI Perjuangan di Lenteng Agung, Jakarta Selatan dan di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat.
Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto di sela-sela mendampingi Megawati menyaksikan pameran seni patung dan aktivisme karya Dolorosa Sinaga di Galeri Nasional Indonesia, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (8/8/2024).
“Di dalam rangka 27 Juli, Ibu Mega juga sudah mengharapkan bantuan dari Mbak Dolorosa untuk merancang Monumen 27 Juli yang akan ditaruh di kantor DPP PDI Perjuangan Lenteng Agung dan Kantor DPP yang di Diponegoro,” kata Hasto di lokasi.
Politisi asal Yogyakarta ini berharap, dengan karya monumen 27 Juli di Kantor DPP Partai, bisa jadi momentum menggelorakan semangat juang.
Hasto juga mengatakan, monumen 27 Juli tidak hanya menjadi pengingat bagi kader PDI Perjuangan, tetapi untuk mengingatkan kepada seluruh rakyat untuk memperhatikan pentingnya nilai-nilai perjuangan demokrasi dan penegakan hukum.
“Tidak hanya bagi kader PDI Perjuangan, tetapi di dalam mengingat di dalam pentingnya nilai-nilai demokrasi, penegakan hukum yang berkeadilan dan watak pemerintahan yang berdasarkan kepada penghormatan keadilan rakyat,” ujarnya.
Sementara itu, Hasto menambahkan bahwa hari ini Megawati melihat pameran Dolorosa dengan tema Patung dan Aktivisme di Museum Nasional.
Dia menyebut, bahwa kehadiran Mega dalam pameran ini untuk memberikan penghormatan terhadap para seniman, budayawan serta pematung yang menyampaikan karya seninya lewat gagasan serta kreativitas serta semangat juang.
“Kehadiran Ibu Mega ini untuk memberikan penghormatan terhadap para seniman, budayawan dan para pematung kita yang menampilakan gagasannya penuh kreativitas dan juga mengandung semangat juang serta aspek-aspek historis untuk pembelajaran masa depan,” jelas Hasto.