Jakarta, Gesuri.id - Warga Yogyakarta (Kawula Ngayogyakarta) mengadakan aksi laku budaya dengan ziarah ke makam Panembahan Senopati di kompleks makam Raja Mataram di Kotagede.
Menggunakan baju peranakan, masyarakat Yogyakarta secara bersama-sama berziarah dan berdoa lalu usai ziarah disampaikan intisari kegiatan lewat tembang dari geguritan berisi pesan moral merespon kondisi terkini.
Ziarah ke makam leluhur khususnya Pendiri Mataram Panembahan Senopati ini dilakukan sebagai simbol aksi budaya sebagai respon kondisi kebangsaan di Indonesia, khususnya tingkah polah Joko Widodo yang "melik nggendhong lali".
Susanto Dwi Antoro, tokoh masyarakat yogyakarta seusai ziarah dan doa di makam leluhur Mataram menyatakan mewakili warga Kota Yogyakarta ada keprihatinan dengan perilaku Joko Widodo.
Baca: Ganjar Sebut Kritik Prabowo yang Maafkan Koruptor
"Istilahnya kita ini ingatkan ojo melik nggendong lali. Masyarakat gelo dan sedih atas tindak tanduk dan perilaku Joko Widodo. Wes ora iso dikandani (sudah tidak bisa diingatkan-red) bahkan banyak tokoh nasional bahkan politik yang memberi tahu tapi tidak didengar," ujarnya, usai berdoa bersama.
Pilihan laku budaya dengan ziarah ke Panembahan Senopati, sekaligus ingatkan Joko Widodo atas segala perilakunya selama ini yang dekat dengan melik nggendong lali.
Seusai doa bersama, dilantunkan tembang dan geguritan yang isinya ngudarasa atas segala persoalan kebangsaan yang kini terjadi juga harapan semua hal yang buruk untuk negeri bisa segera berlalu.
Melik nggendong lali dalam pemahaman manusia Jawa bermakna keinginan untuk memiliki sesuatu yang ada pamrih, ingin memiliki sesuatu yang bukan miliknya. Sementara nggendong lali bermakna lupa dan cenderung bertindak melanggar aturan atau wewaler.
Orang yang melik nggendong lali cenderung berkeinginan dan memaksa untuk memiliki kedudukan yang diinginkan, sekaligus lupa atau menggunakan segala cara demi ambisinya. Sebagaimana diketahui publik sebelumnya terjadi pelanggaran etik Ketua KPK yang notabene adik ipar Joko Widodo guna memuluskan anaknya Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka dan berbagai penyalahgunaan kekuasaan lainnya mengakibatkan rusaknya sistem Konstitusi yang ada. Saat tidak memenuhi syarat, persyaratannya yang dirubah. Rumah yang membesarkannya juga dibakar sendiri, lupa siapa yang melahirkan dan membesarkan. Sampai akhirnya dipecat.
Baca: Berikut Aksi Nyata yang Dilakukan Ganjar Pranowo
Kawula ngayogyakarta yang hadir menyampaikan pesan melalui tembang dan geguritan Kinanthi untuk menggugah hati nurani dan dilantunkan selengkapnya sebagai berikut;
Pra leluhur sungkem konjuk
Panembahan Senopati
Kang hambangun Nusantara
Ing wayah kang rinakit
Keparenga midhangetna
Sambat sebuting nagari
Pra nayaka wus tumuju
Ing dalan kang memalati
Kumalungkung watakira
Kanthi kuwasanireki
Gumendhung sak karsanira
Ngrusak ugering nagari
Ukum gya Samya den perung
Samya nular rasa ati
Mrih mulyaning kulawarga
Lakak-lakak mesem lamis
Datan mulat ring kawula
Welas kang wayah, mugi
Terjemahan Kinanti Wadul:
Hatur bakti untuk para leluhur
Panembahan Senopati
Yang telah ikut andil dalam membangun Nusantara
Di waktu yang telah disepakati ini
Perkenankanlah kami datang kepadamu
Untuk menyampaikan keluh kesah kami anak negeri
Para pejabat sudah menuju kepada sifat serakah yang akan membuat mereka hilang arah
Tinggi hati wataknya
Dengan kuasa yang mereka miliki mereka berlagak seenaknya sendiri
Merusak etika bernegara
Hukum yang menjadi tonggak pun berani dipangkas
Mereka sudah meninggalkan rasa sejati
hanya untuk kesejahteraan keluarga
Mereka tersenyum penuh dengan rasa munafik
Tanpa memahami apa yang terjadi pada rakyat
Semoga para leluhur sudi mendengar keluh kesah kami, anak dan cucu.